Friday, June 21, 2013

Study Tour I Am President: si Galuh Banjar Lebay di Dubai #Part3

Konichiwa.. konichiwa.. 
Jumpa lagi dengan si Galuh..
Jujur, blog ini membuat si Galuh kepikiran.
Ga enak makan, ga bisa mandi, ga bisa gosok gigi #jorok #terbongkaraib
 
#menghela nafas
Karena itu, daripada si Galuh terus 'berhutang' dengan postingan ini....
Mari kita lanjutkaaaaannnn..
si Galuh Lebay di Dubai #part 3

 
Cekidooott!!! bukan Cokodot..

Selasa, 23 April 2013 (Kunjungan ke Abu Dhabi)

Pagiiiiii dunia!!! Karena udah tidur dari sore kemarin, pagi ini lumayan lebih 'fresh'. Sekitar jam 2 dinihari, sempat bangun buat shalat. AC-nya dingin bener, sampe 17 derajat, pantes berasa kayak es beku di kulkas. Sempet ngerasa lapar, tapi sutralah, yang dingin-dingin emang bikin mata ngantuk.

Dan paginya, bangun dengan perut keroncongan; udah orkes gambus minta diisi. Tapi, syukurlah, aku punya senjata penolong. Siapakah dia?? Eng ing eng...

Ibarat peribahasa, Indomie itu adalah teman di kala susah maupun senang, di kala suka maupun duka.#asolole Krik..krik.. untung saudaranya Paman Gober, sebelum berangkat ke Dubai, aku terpikir beli mie Indomie goreng di Nabil, temen cewekku di Pesmi yang jualan alias berwirausaha. Dan ternyata, Indomie menjadi penolong melewati hari-hari suramku di Dubai, tanpa makanan Indonesia. :( 

Dapur perfecto; sayang ga boleh dibawa pulang.
Jadi ceritanya, aku bawa 4 bungkus Indomie, dan dari hari ini, tiap pagi kumasak satu. Pertama kali masak bingung tuh, pake apa? Emang sih, di kamar ada hitter. Tapi, mangkoknya mana? Weisss.. dan guess what, setelah kubuka lemari-lemari di dapur, gelasnya lengkaaaaaaaappp banget. Dari gelas dengan leher kecil, gelas yang ramping, cangkir, sama piring-piring gelasnya. Buka lagi lemari yang satu, gilaaa... piringnya porselen semua, euy. Dari piring polos biasa, piring gede kayak talenan, piring kaya mangkok. Weleh-weleh.. Buka lagi lemari bawah. Buseettt, segala panci ada. Mau panci kayak punya anak kost-an, mau teflon, mau panci yang ada tutupnya, yang ga ada tutupnya semua lengkap. Belum lagi pisaunya; dari pisau daging sampai pisau bawang. Sendoknya; dari garpu kecil sampai sendok sayur sop. Haha.. Ya gini, kalo anak kost diajak jalan. Matanya mupeng liat dapur segini lengkapnya. Secara, biasa masak mie pake rice cooker terus ditungguin lama. #membongkaraib

Enjoying my day here..




Habis nyeduh mie dan bikin segelas teh aroma melati, aku udah siap ngenet. Kursi ditarik keluar balkon, terus makan mie dan online dengan manisnya. Syaik banget, dah. Viewnya kota Dubai dan Burj al 'Arab. Tiba-tiba, aku ngerasa jadi Syahrini KW Super. Hahaha.. :D :D :D

Sambil online, sejatinya sambil nunggu giliran mandi. Biasanya Sherly, mbak Rara terus aku. Kalo online, paling berhaha-hihi dengan temen-temen di chat FB, terus pindah ke Youtube, balik ke FB, migrasi lagi ke Twitter. Ngenet di Dubai tuh bikin betah. Kenapa? Soalnya, jaringannya 4G, woyy.. Udah LTE a.k.a Long Term Evolution. Parah banget. Kalo download suka kaget sendiri saking cepetnya. #bayanginwi-fikampussecepatini 

Jam 7 teng, kami udah siap breakfast. Alasanku makan Indomie duluan adalah, karena kemarin agak 'trauma' liat makanan hotel. Penampilan tak seindah rasanya. Jadi, ambil aman, hari ini makan yang udah pasti enak-enak saja. Semacam omellete, muffin, salmon, sosis dan jus nanas. Oh, ya, view restoran ini cakep banget, lo. Dihiasi dengan bunga-bunga lavender ijo. Adeemmm, banget kalo udah makan. Berasa di taman, padahal kita dalam ruangan.

Well, beres makan, sekitar jam 8, semuanya langsung cabut ke lobby hotel Bapak. Eniwei, berhubung insiden kaki lecet kemarin, aku enggak berani lagi pake high heels 'pembunuh' itu. Hari ini, ganti wedges. Lebih aman, lebih nyaman, dan tetap bisa membuat tubuh Anda lebih tinggi. Hoho... #abaikan

Agenda hari ini adalah kunjungan ke Abu Dhabi. Di depan hotel sudah ada bus yang siap menemani bertualang hari ini. Weitss.. peserta boleh naik bus, tapi pak Asmi teteupp. Lamborghini biru, euyy. Euleuh-euleuh.. Ckckck..

Suasana dalam bus (www.mithunonthe.net)
Yang menjadi guide hari ini namanya Miss Nafisah. Perempuan paruh baya berkebangsaan India. Ada juga asistennya, tapi aku lupa namanya. Jadi, bus ke Abu Dhabi ini ukurannya mini gitu. Kapasitasnya cuma muat 25 orang. Ada AC nya, kursinya bisa dimaju-mundurkan, dan ada ekstra kursi. Jadi, kalo tidak dipakai, kursinya bisa dilipat.

Perjalanan ke Abu Dhabi dari Dubai sekitar 2 jam. Dan yang bikin kami heran, jalan ke Abu Dhabi itu lurussssssss tok. Bisa dibayangkan, selama 2 jam itu enggak ada belok sama sekali. Coba dulu Christopher Columbus pernah ke Dubai, ya, mungkin dia bakal bilang dunia itu kotak. Hihihi.. :D :D :D Terus, Miss Nafisah bilang ketika kami lewat jalan tertentu, ini adalah kawasan Dubai yang rimbun. Guess what? Rimbun yang dimaksud orang Dubai adalah taman pohon kurma yang bisa dihitung dengan jari terus rumputnya jarang-jarang. Gitu aja udah dibilang rimbun, apalagi kalo lihat hutan di Kalimantan. Nah, kurang apa lagi coba, kalo bicara kekayaan alam di Indonesia???

Tandus bukan? Sepanjang 2 jam perjalanan, inilah suasananya.
Jadi, sepanjang perjalanan, kami melewati daerah khusus Dubai untuk industri. Be noted, sama sekali tidaka ada asap yang keluar dari pabrik-pabrik gede tersebut. Bayangkan dengan Indonesia. Wes lah, ga tega ngomongnya. Terus, Miss Nafisah bilang, selama 28 tahun dia tinggal di Dubai, SAMA SEKALI tidak pernah mati lampu, kecuali selama setengah jam dan itupun cuma sekali. Wakkksss.. bandingkan lagi dengan Indonesia apalagi di rumahku, Banjarmasin. Kayaknya dalam sehari enggak ada mati lampu itu ga afdhol. Lucunya, pak Baban bilang, "Pasti bukan PLN yang ngurusin lampu di Dubai." Krik..krik.. sentilan yang menyindir.

Teman setia selama perjalanan.
Dulunya, jika ada warga Dubai yang ingin ke Abu Dhabi itu harus pake paspor. Tapi, semenjak tahun 1970, aturan itu diubah. Jadi, setiap warga negara di UAE, bebas masuk 7 wilayah bagian secara bebas without pasport. Nah, Abu Dhabi ini ibukotanya UAE, sementara ada 6 negara bagian lain, yaitu Ajman, Dubai, Fujairah, Ras al-Khaimah, Sharjah dan Umm al-Qaiwain. (Info lengkap, klik di sini.) Yang paling maju, jelas Dubai. Baru disusul Abu Dhabi.



Perjalanan ke Abu Dhabi ini sedikit flashback buat aku. Ingat dulu, waktu naik haji tahun 2009, sempat transit di bandaranya, dan siapa nyangka, tahun 2013, aku balik lagi ngelewatin bandaranya. Ya Allah, izinkanlah kami kembali menjelajahi tanah-Mu di seluruh titik dunia. Amiiinnn #ayoo aminnya pemirsaaahhh..

Baru ketika memasuki kawasan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Abu Dhabi, ada belok-beloknya juga tuh jalan. Haha.. sampai dihitungin tuh berapa kali belok, saking lurusnya perjalanan hari ini. And now, here we are....

Embassy of the Republic of Indonesia and absolutely -me-
Jadi, KBRI di sana adalah rumah Arab yang disewa oleh pemerintah. So, sekitar KBRI tuh sepiiii banget. Soalnya daerah perumahan dan maybe, mungkin orangnya jarang keluar rumah. Pertama kali masuk, tujuan utama kita adalah antre toilet dan nyari wi-fi. Hahaa... Di KBRI, ada majalah TEMPO, lo. Juga ada majalah unyanya anak UGM. Kok IAIN ga ada, ya? Buttt.. selidik punya selidik, pantesan ada majalah UGM, soalnya Dubes dulu kuliah di UGM. Berarti kalo aku jadi Dubes di Abu Dhabi, ntar majalahnya punya IAIN, dong? #ngenes  Oh, ya, di ruangan yang ada toilet, ternyata ada gamelan dan perkakas lainnya. Kata pegawai KBRI, itu dipakai kalo ada acara besar-besar gitu.

Di sana sempat nunggu lumayan lama, karena pak Dubes sempat ada rapat dulu. Jadilah, para alay sempat aja ambil foto. Dari kepala 2 sampai kepala 3. Hehe.. #ga ingat umur

Pak  Dubes pun datang. Pertama, pak Asmi ngasih sambutan, kemudian baru pak Dubes; namanya bapak Salman al Farisi. Setelah itu, ada penyampaian visi dan misi dari 5 peserta I Am President. Seingatku, waktu itu yang nyampein pak Heard, pak Rizal, kak Ical, pak Baban dan pak Yandi. Baru deh ada diskusi.

Pak Asmi dan Pak Salman al Farisi
Nah, bicara tentang diskusi, ada hal yang sedikit mengecewakan dari pak Dubes kita. Waktu itu, ketika bapak Salman ditanya tentang bagaimana menanggulangi kemiskinan di Indonesia, dengan entengnya beliau bilang bahwa itu ga hanya tanggungjawab pemerintah. Lalu beliau mengambil contoh program Indonesia Mengajar punyanya Anies Baswedan, dan lagi katanya; "Masyarakat harus punya inspirasi, harus punya gagasan sendiri. Tidak selamanya pemerintah bisa membantu, apalagi kalo uangnya dikorupsi." Hei, padahal kan di UUD 1945, di pembukaan sudah dicantumkan bahwa pemerintah harus menjamin kemakmuran rakyat Indonesia?? Huhu.. jawaban yang sangat tidak diharapkan dari pemerintah kita yang berada di Luar Negeri. Eniwei, tidak hanya aku yang punya pikiran kayak gitu. Ternyata kak Ical juga sama. Kesimpulannya; kalo jadi pemerintah atau apapun itu, jangan pernah menyalahkan rakyat atas kemiskinannya.    

Woles Galuh, Kayaknya berapi-api banget ceritanya.
  
Woittt. Emangggg. Si Galuh suka esmosi kalo bicara soal pemerintah. 

Setengah jam perjalanan, akhirnya kami tiba di Historical Herritage Art. Ini semacam museum di Abu Dhabi, tapi lebih kepada peninggalan kuno di UAE. Ada kemah-kemah khas orang Arab, juga ga ketinggalan ONTA. Beidewei eniwei busway, baru hari ini aku lihat onta. Di Dubai, aku sama sekali enggak pernah liat onta, punuknya pun tidak. Jadi, abaikan pikiran, kalo ke Arab pasti lihat onta.

Di sini, juga ada pantai yang indahhhhh sekali. Tapi, seperti yang aku bilang, ini semua pantai buatan. Cantik sih, tapi palsu. Sama tuh. Buat apa jadi cewek cantik; tapi ternyata palsu, oplas semua?? #mulai rasis Aku sempat ngobrol dengan turis New Zealand yang ngajak foto bareng. Yah, bule-bule kesepian emang suka wisata, ya? Coba kalo jomblo kesepian bisa wisata juga semacam ke Dubai; kayaknya pilem Raditya Dika ga bakal laku. #sayangnya itu ga mungkin :D :D




Sejam di sini, kami cabut lagi ke tempat lain. Dan kali ini, destinasi berikutnya adalah Mi'raj Islamic Centre; tempat pembuatan karpet emas murni18 karat. Ckckck.. Bisa dibayangkan mewahnya seperti apa? Sayang sekali, di sini wisatawan ga boleh motret. Jadi, cuman boleh liat-liat. Wuihh, pegang perkakas di sini, rasanya pegang hartanya Raja Midas. Tau kan ceritanya? Ada seorang raja yang sangat tamak, sampai minta kekuatan dengan Dewa agar setiap barang yang dia pegang berubah jadi emas. Dan di sini juga gitu. Semua barang terbuat dari emas. Karpetnya pun luar biasa beratnya. Sempat megang dan kata pegawai di sana, karpet tersebut dipintal langsung oleh manusia. Bisa berbulan-bulan hanya untuk satu karpet. Dan harganya? Sudahlah. Hitung en dikira-kira saja sendiri, ya. Aku udah lupa. Hehe..
Karpet emas di dinding (www.visitabudhabi.ae)


Karena sudah siang, kami lunch dulu di Abu Dhabi Marina Mall. Denger kata Marina, aku jadi ingat mall Marina di Surabaya, bedanya kalo di Surabaya khusus jualan hape. Sambil cekikikan karena sesama orang Surabaya sama Mas Denny dan Mbak Icha, karena di Arab, jauh-jauh ke sini, ketemu juga sama mall Marina. Selera orang beda-beda, jadi sama Mbak Nuri masing-masing dikasih 50 dirham. Bapak-bapak sibuk, ya, pesan macam-macam. Nasi itulah, seafood inilah, sementara aku, Mas Denny, Mba Icha cuma mesan junkfood. Kentang goreng dan fried chicken. #benar-benar selera tinggi  Kenapa? Gini ya, aku kasih saran. Kalo kamu ke Luar Negeri dan tidak tahu harus makan apa, pesanlah junkfood saja. Cuman itu yang rasanya bisa dipertanggungjawabkan. #salamdamai

Walau namanya sama; lihatlah perbedaanya dengan di Surabaya (www.abudhabi-city.de)
Wes e wes, sudah kenyang, rombongan berangkat lagi. Kali ini, kita mau ke Ferrari World. Apakah itu? Jadi, ini semacam mall, tempat wisata dan juga pameran buat mobil-mobil Ferrari yang pernah dipake di ajang Formula One di Abu Dhabi. Tahun 2008, kan F1 pernah di Abu Dhabi, tuh. Jadi bayangin kalo lantai yang aku injak pernah diinjak juga sama Mark Schumacher. Ohhh.. #bermulalebay

Di lantai dasar Ferrari World, juga ada orang India yang jual jasa henna di tangan. Kujelasin, ya, henna itu artinya mahendi. Di sini, harganya 20 dirham per tangan. Wekss, mahal, ya. Dihitung-hitung itu hampir sama dengan 60 ribu rupiah. Padahal, aku juga bela-belain sebelum berangkat ke Dubai, pake mahendi juga, dan harganya cuma 10 ribu per tangan. Noh, siapa lagi yang nyangkal kalo Indonesia emang surganya barang murah??
 
Setelah mata dimanjakan dengan warna merah khas Ferrari, saatnya pindah ke Sheikh Zayyed Grand Mosque. Kata Nafisah, ini adalah masjid yang termasuk dalam 8 masjid terbesar di dunia, dan juga masjid dengan jamaah terbesar ketiga di dunia, setelah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Hiksss.. sayangnya, kami enggak boleh masuk ke dalam masjid. Dan bahkan sempat dilarang buat cuma sekedar turun. Kata pak Polisi di sana, karena kami rombongan terus enggak semua ceweknya pake hijab. Jadinya, cuma diizinin foto-foto di luar aja selama 10 menit. Padahal, banyak rombongan turis lain yang masuk. Mereka juga udah pake abaya hitam. Huhuhu... Kecewa sih. Soalnya, ini interiornya dahsyat. Karpetnya aja emas dengan 28 warna yang dipintal langsung oleh ribuan pekerja. Terus, tiangnya juga emas. Ckckckck.. liat gambarnya aja deh di gugel.. T_T
Subhanallah (www.visitabudhabi.ae)

 

Hoahhhmm.. udah capek dan ngantuk banget padahal. Setelah trip panjang, pengennya langsung balik ke hotel. Mbak Nuri nawarin pengen makan di Abu Dhabi atau Dubai, ya jelas, kami milih di Dubai. Udah gempor nih badan, pengen tidur sejenak di bus.

Jam 8 malam, rombongan mampir di Deira City Centre buat dinner; di restoran makanan Thailand dan Asia gitu. Krik.. krik.. mata udah 5 watt, dan kaki udah pegel luar biasa. Untung aku enggak pake high heel. Kayaknya, tinggal tulang kalo dipake jalan seharian. Eniwei, aku ga makan junkfood lagi. Padahal lumayan kalo kuat beli seafood. Harganya 200 dirham cuy a.k.a 6 rtus ribu. Hoalah.. But, dari sekian menu yang aneh, akhirnya cuma makan chicken soup sama jus apa lah itu namanya, nyebut aja sulit. Dinner kali ini melelahkan. Terus, karena Mbak Icha belanja, aku juga pengen ikutan liat, kan. Ehhh, demi Tuhan tuh harga ga nanggung-nanggung. Blazer selembar aja harganya AED 2999. Gilaaaaakkk mamen!! Itu sembilan jutaaaaa. Sama dengan beasiswa aku satu tahun. T_T Huaaa.. sekarang aku ngerti, kenapa gaji sarjana di sini minimal 40 juta rupiah. Secara, baju aja selembar harganya segitu. #misuh-misuh karena pengen beli, tapi apa daya, uang tak sampai

 
Tolonggg!! Si Galuh pengen 'tumbang'

Dan akhirnya, perjalanan yang melelahkan berakhir juga. Sekitar jam 10 nyampe kamar 2603, langsung berendam di air hangat, mandi pake sampho aroma chamomile, dan enggak lupa gosok gigi. :DSherly udah tidur duluan, mbak Rara juga, jadi aku benar-benar menikmati kesendirian malam itu. Sempat update status sebentar di Facebook dan udah jam 11 malam di Dubai, berarti di Surabaya sekarang jam 2 dinihari.

Well, 3 hari ini di Dubai benar-benar menakjubkan. Makanya, aku pengen selalu bilang satu hal, dan ini juga sudah di-firman-kan Allah:

"Maka nikmat Tuhanmu mana lagi yang kamu dustakan?"

 
Selamat malam, Dubai. Please, be nice tomorrow!!  

2 comments:

  1. Selamat Idul Fitri ya Isna :) Mohon Maaf Lahir dan Batin :) Semangat terus Nge-Blognya :P

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama2.. Taqabballalah minnaa wa minkum :) Maaf bru bls, baru buka blog :p
      Thanks for your support, insy Allah terus berusaha smngat ngeblog :)

      Delete