Friday, June 21, 2013

Study Tour I Am President: si Galuh Banjar Lebay di Dubai #Part3

Konichiwa.. konichiwa.. 
Jumpa lagi dengan si Galuh..
Jujur, blog ini membuat si Galuh kepikiran.
Ga enak makan, ga bisa mandi, ga bisa gosok gigi #jorok #terbongkaraib
 
#menghela nafas
Karena itu, daripada si Galuh terus 'berhutang' dengan postingan ini....
Mari kita lanjutkaaaaannnn..
si Galuh Lebay di Dubai #part 3

 
Cekidooott!!! bukan Cokodot..

Selasa, 23 April 2013 (Kunjungan ke Abu Dhabi)

Pagiiiiii dunia!!! Karena udah tidur dari sore kemarin, pagi ini lumayan lebih 'fresh'. Sekitar jam 2 dinihari, sempat bangun buat shalat. AC-nya dingin bener, sampe 17 derajat, pantes berasa kayak es beku di kulkas. Sempet ngerasa lapar, tapi sutralah, yang dingin-dingin emang bikin mata ngantuk.

Dan paginya, bangun dengan perut keroncongan; udah orkes gambus minta diisi. Tapi, syukurlah, aku punya senjata penolong. Siapakah dia?? Eng ing eng...

Ibarat peribahasa, Indomie itu adalah teman di kala susah maupun senang, di kala suka maupun duka.#asolole Krik..krik.. untung saudaranya Paman Gober, sebelum berangkat ke Dubai, aku terpikir beli mie Indomie goreng di Nabil, temen cewekku di Pesmi yang jualan alias berwirausaha. Dan ternyata, Indomie menjadi penolong melewati hari-hari suramku di Dubai, tanpa makanan Indonesia. :( 

Dapur perfecto; sayang ga boleh dibawa pulang.
Jadi ceritanya, aku bawa 4 bungkus Indomie, dan dari hari ini, tiap pagi kumasak satu. Pertama kali masak bingung tuh, pake apa? Emang sih, di kamar ada hitter. Tapi, mangkoknya mana? Weisss.. dan guess what, setelah kubuka lemari-lemari di dapur, gelasnya lengkaaaaaaaappp banget. Dari gelas dengan leher kecil, gelas yang ramping, cangkir, sama piring-piring gelasnya. Buka lagi lemari yang satu, gilaaa... piringnya porselen semua, euy. Dari piring polos biasa, piring gede kayak talenan, piring kaya mangkok. Weleh-weleh.. Buka lagi lemari bawah. Buseettt, segala panci ada. Mau panci kayak punya anak kost-an, mau teflon, mau panci yang ada tutupnya, yang ga ada tutupnya semua lengkap. Belum lagi pisaunya; dari pisau daging sampai pisau bawang. Sendoknya; dari garpu kecil sampai sendok sayur sop. Haha.. Ya gini, kalo anak kost diajak jalan. Matanya mupeng liat dapur segini lengkapnya. Secara, biasa masak mie pake rice cooker terus ditungguin lama. #membongkaraib

Enjoying my day here..




Habis nyeduh mie dan bikin segelas teh aroma melati, aku udah siap ngenet. Kursi ditarik keluar balkon, terus makan mie dan online dengan manisnya. Syaik banget, dah. Viewnya kota Dubai dan Burj al 'Arab. Tiba-tiba, aku ngerasa jadi Syahrini KW Super. Hahaha.. :D :D :D

Sambil online, sejatinya sambil nunggu giliran mandi. Biasanya Sherly, mbak Rara terus aku. Kalo online, paling berhaha-hihi dengan temen-temen di chat FB, terus pindah ke Youtube, balik ke FB, migrasi lagi ke Twitter. Ngenet di Dubai tuh bikin betah. Kenapa? Soalnya, jaringannya 4G, woyy.. Udah LTE a.k.a Long Term Evolution. Parah banget. Kalo download suka kaget sendiri saking cepetnya. #bayanginwi-fikampussecepatini 

Jam 7 teng, kami udah siap breakfast. Alasanku makan Indomie duluan adalah, karena kemarin agak 'trauma' liat makanan hotel. Penampilan tak seindah rasanya. Jadi, ambil aman, hari ini makan yang udah pasti enak-enak saja. Semacam omellete, muffin, salmon, sosis dan jus nanas. Oh, ya, view restoran ini cakep banget, lo. Dihiasi dengan bunga-bunga lavender ijo. Adeemmm, banget kalo udah makan. Berasa di taman, padahal kita dalam ruangan.

Well, beres makan, sekitar jam 8, semuanya langsung cabut ke lobby hotel Bapak. Eniwei, berhubung insiden kaki lecet kemarin, aku enggak berani lagi pake high heels 'pembunuh' itu. Hari ini, ganti wedges. Lebih aman, lebih nyaman, dan tetap bisa membuat tubuh Anda lebih tinggi. Hoho... #abaikan

Agenda hari ini adalah kunjungan ke Abu Dhabi. Di depan hotel sudah ada bus yang siap menemani bertualang hari ini. Weitss.. peserta boleh naik bus, tapi pak Asmi teteupp. Lamborghini biru, euyy. Euleuh-euleuh.. Ckckck..

Suasana dalam bus (www.mithunonthe.net)
Yang menjadi guide hari ini namanya Miss Nafisah. Perempuan paruh baya berkebangsaan India. Ada juga asistennya, tapi aku lupa namanya. Jadi, bus ke Abu Dhabi ini ukurannya mini gitu. Kapasitasnya cuma muat 25 orang. Ada AC nya, kursinya bisa dimaju-mundurkan, dan ada ekstra kursi. Jadi, kalo tidak dipakai, kursinya bisa dilipat.

Perjalanan ke Abu Dhabi dari Dubai sekitar 2 jam. Dan yang bikin kami heran, jalan ke Abu Dhabi itu lurussssssss tok. Bisa dibayangkan, selama 2 jam itu enggak ada belok sama sekali. Coba dulu Christopher Columbus pernah ke Dubai, ya, mungkin dia bakal bilang dunia itu kotak. Hihihi.. :D :D :D Terus, Miss Nafisah bilang ketika kami lewat jalan tertentu, ini adalah kawasan Dubai yang rimbun. Guess what? Rimbun yang dimaksud orang Dubai adalah taman pohon kurma yang bisa dihitung dengan jari terus rumputnya jarang-jarang. Gitu aja udah dibilang rimbun, apalagi kalo lihat hutan di Kalimantan. Nah, kurang apa lagi coba, kalo bicara kekayaan alam di Indonesia???

Tandus bukan? Sepanjang 2 jam perjalanan, inilah suasananya.
Jadi, sepanjang perjalanan, kami melewati daerah khusus Dubai untuk industri. Be noted, sama sekali tidaka ada asap yang keluar dari pabrik-pabrik gede tersebut. Bayangkan dengan Indonesia. Wes lah, ga tega ngomongnya. Terus, Miss Nafisah bilang, selama 28 tahun dia tinggal di Dubai, SAMA SEKALI tidak pernah mati lampu, kecuali selama setengah jam dan itupun cuma sekali. Wakkksss.. bandingkan lagi dengan Indonesia apalagi di rumahku, Banjarmasin. Kayaknya dalam sehari enggak ada mati lampu itu ga afdhol. Lucunya, pak Baban bilang, "Pasti bukan PLN yang ngurusin lampu di Dubai." Krik..krik.. sentilan yang menyindir.

Teman setia selama perjalanan.
Dulunya, jika ada warga Dubai yang ingin ke Abu Dhabi itu harus pake paspor. Tapi, semenjak tahun 1970, aturan itu diubah. Jadi, setiap warga negara di UAE, bebas masuk 7 wilayah bagian secara bebas without pasport. Nah, Abu Dhabi ini ibukotanya UAE, sementara ada 6 negara bagian lain, yaitu Ajman, Dubai, Fujairah, Ras al-Khaimah, Sharjah dan Umm al-Qaiwain. (Info lengkap, klik di sini.) Yang paling maju, jelas Dubai. Baru disusul Abu Dhabi.



Perjalanan ke Abu Dhabi ini sedikit flashback buat aku. Ingat dulu, waktu naik haji tahun 2009, sempat transit di bandaranya, dan siapa nyangka, tahun 2013, aku balik lagi ngelewatin bandaranya. Ya Allah, izinkanlah kami kembali menjelajahi tanah-Mu di seluruh titik dunia. Amiiinnn #ayoo aminnya pemirsaaahhh..

Baru ketika memasuki kawasan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Abu Dhabi, ada belok-beloknya juga tuh jalan. Haha.. sampai dihitungin tuh berapa kali belok, saking lurusnya perjalanan hari ini. And now, here we are....

Embassy of the Republic of Indonesia and absolutely -me-
Jadi, KBRI di sana adalah rumah Arab yang disewa oleh pemerintah. So, sekitar KBRI tuh sepiiii banget. Soalnya daerah perumahan dan maybe, mungkin orangnya jarang keluar rumah. Pertama kali masuk, tujuan utama kita adalah antre toilet dan nyari wi-fi. Hahaa... Di KBRI, ada majalah TEMPO, lo. Juga ada majalah unyanya anak UGM. Kok IAIN ga ada, ya? Buttt.. selidik punya selidik, pantesan ada majalah UGM, soalnya Dubes dulu kuliah di UGM. Berarti kalo aku jadi Dubes di Abu Dhabi, ntar majalahnya punya IAIN, dong? #ngenes  Oh, ya, di ruangan yang ada toilet, ternyata ada gamelan dan perkakas lainnya. Kata pegawai KBRI, itu dipakai kalo ada acara besar-besar gitu.

Di sana sempat nunggu lumayan lama, karena pak Dubes sempat ada rapat dulu. Jadilah, para alay sempat aja ambil foto. Dari kepala 2 sampai kepala 3. Hehe.. #ga ingat umur

Pak  Dubes pun datang. Pertama, pak Asmi ngasih sambutan, kemudian baru pak Dubes; namanya bapak Salman al Farisi. Setelah itu, ada penyampaian visi dan misi dari 5 peserta I Am President. Seingatku, waktu itu yang nyampein pak Heard, pak Rizal, kak Ical, pak Baban dan pak Yandi. Baru deh ada diskusi.

Pak Asmi dan Pak Salman al Farisi
Nah, bicara tentang diskusi, ada hal yang sedikit mengecewakan dari pak Dubes kita. Waktu itu, ketika bapak Salman ditanya tentang bagaimana menanggulangi kemiskinan di Indonesia, dengan entengnya beliau bilang bahwa itu ga hanya tanggungjawab pemerintah. Lalu beliau mengambil contoh program Indonesia Mengajar punyanya Anies Baswedan, dan lagi katanya; "Masyarakat harus punya inspirasi, harus punya gagasan sendiri. Tidak selamanya pemerintah bisa membantu, apalagi kalo uangnya dikorupsi." Hei, padahal kan di UUD 1945, di pembukaan sudah dicantumkan bahwa pemerintah harus menjamin kemakmuran rakyat Indonesia?? Huhu.. jawaban yang sangat tidak diharapkan dari pemerintah kita yang berada di Luar Negeri. Eniwei, tidak hanya aku yang punya pikiran kayak gitu. Ternyata kak Ical juga sama. Kesimpulannya; kalo jadi pemerintah atau apapun itu, jangan pernah menyalahkan rakyat atas kemiskinannya.    

Woles Galuh, Kayaknya berapi-api banget ceritanya.
  
Woittt. Emangggg. Si Galuh suka esmosi kalo bicara soal pemerintah. 

Setengah jam perjalanan, akhirnya kami tiba di Historical Herritage Art. Ini semacam museum di Abu Dhabi, tapi lebih kepada peninggalan kuno di UAE. Ada kemah-kemah khas orang Arab, juga ga ketinggalan ONTA. Beidewei eniwei busway, baru hari ini aku lihat onta. Di Dubai, aku sama sekali enggak pernah liat onta, punuknya pun tidak. Jadi, abaikan pikiran, kalo ke Arab pasti lihat onta.

Di sini, juga ada pantai yang indahhhhh sekali. Tapi, seperti yang aku bilang, ini semua pantai buatan. Cantik sih, tapi palsu. Sama tuh. Buat apa jadi cewek cantik; tapi ternyata palsu, oplas semua?? #mulai rasis Aku sempat ngobrol dengan turis New Zealand yang ngajak foto bareng. Yah, bule-bule kesepian emang suka wisata, ya? Coba kalo jomblo kesepian bisa wisata juga semacam ke Dubai; kayaknya pilem Raditya Dika ga bakal laku. #sayangnya itu ga mungkin :D :D




Sejam di sini, kami cabut lagi ke tempat lain. Dan kali ini, destinasi berikutnya adalah Mi'raj Islamic Centre; tempat pembuatan karpet emas murni18 karat. Ckckck.. Bisa dibayangkan mewahnya seperti apa? Sayang sekali, di sini wisatawan ga boleh motret. Jadi, cuman boleh liat-liat. Wuihh, pegang perkakas di sini, rasanya pegang hartanya Raja Midas. Tau kan ceritanya? Ada seorang raja yang sangat tamak, sampai minta kekuatan dengan Dewa agar setiap barang yang dia pegang berubah jadi emas. Dan di sini juga gitu. Semua barang terbuat dari emas. Karpetnya pun luar biasa beratnya. Sempat megang dan kata pegawai di sana, karpet tersebut dipintal langsung oleh manusia. Bisa berbulan-bulan hanya untuk satu karpet. Dan harganya? Sudahlah. Hitung en dikira-kira saja sendiri, ya. Aku udah lupa. Hehe..
Karpet emas di dinding (www.visitabudhabi.ae)


Karena sudah siang, kami lunch dulu di Abu Dhabi Marina Mall. Denger kata Marina, aku jadi ingat mall Marina di Surabaya, bedanya kalo di Surabaya khusus jualan hape. Sambil cekikikan karena sesama orang Surabaya sama Mas Denny dan Mbak Icha, karena di Arab, jauh-jauh ke sini, ketemu juga sama mall Marina. Selera orang beda-beda, jadi sama Mbak Nuri masing-masing dikasih 50 dirham. Bapak-bapak sibuk, ya, pesan macam-macam. Nasi itulah, seafood inilah, sementara aku, Mas Denny, Mba Icha cuma mesan junkfood. Kentang goreng dan fried chicken. #benar-benar selera tinggi  Kenapa? Gini ya, aku kasih saran. Kalo kamu ke Luar Negeri dan tidak tahu harus makan apa, pesanlah junkfood saja. Cuman itu yang rasanya bisa dipertanggungjawabkan. #salamdamai

Walau namanya sama; lihatlah perbedaanya dengan di Surabaya (www.abudhabi-city.de)
Wes e wes, sudah kenyang, rombongan berangkat lagi. Kali ini, kita mau ke Ferrari World. Apakah itu? Jadi, ini semacam mall, tempat wisata dan juga pameran buat mobil-mobil Ferrari yang pernah dipake di ajang Formula One di Abu Dhabi. Tahun 2008, kan F1 pernah di Abu Dhabi, tuh. Jadi bayangin kalo lantai yang aku injak pernah diinjak juga sama Mark Schumacher. Ohhh.. #bermulalebay

Di lantai dasar Ferrari World, juga ada orang India yang jual jasa henna di tangan. Kujelasin, ya, henna itu artinya mahendi. Di sini, harganya 20 dirham per tangan. Wekss, mahal, ya. Dihitung-hitung itu hampir sama dengan 60 ribu rupiah. Padahal, aku juga bela-belain sebelum berangkat ke Dubai, pake mahendi juga, dan harganya cuma 10 ribu per tangan. Noh, siapa lagi yang nyangkal kalo Indonesia emang surganya barang murah??
 
Setelah mata dimanjakan dengan warna merah khas Ferrari, saatnya pindah ke Sheikh Zayyed Grand Mosque. Kata Nafisah, ini adalah masjid yang termasuk dalam 8 masjid terbesar di dunia, dan juga masjid dengan jamaah terbesar ketiga di dunia, setelah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Hiksss.. sayangnya, kami enggak boleh masuk ke dalam masjid. Dan bahkan sempat dilarang buat cuma sekedar turun. Kata pak Polisi di sana, karena kami rombongan terus enggak semua ceweknya pake hijab. Jadinya, cuma diizinin foto-foto di luar aja selama 10 menit. Padahal, banyak rombongan turis lain yang masuk. Mereka juga udah pake abaya hitam. Huhuhu... Kecewa sih. Soalnya, ini interiornya dahsyat. Karpetnya aja emas dengan 28 warna yang dipintal langsung oleh ribuan pekerja. Terus, tiangnya juga emas. Ckckckck.. liat gambarnya aja deh di gugel.. T_T
Subhanallah (www.visitabudhabi.ae)

 

Hoahhhmm.. udah capek dan ngantuk banget padahal. Setelah trip panjang, pengennya langsung balik ke hotel. Mbak Nuri nawarin pengen makan di Abu Dhabi atau Dubai, ya jelas, kami milih di Dubai. Udah gempor nih badan, pengen tidur sejenak di bus.

Jam 8 malam, rombongan mampir di Deira City Centre buat dinner; di restoran makanan Thailand dan Asia gitu. Krik.. krik.. mata udah 5 watt, dan kaki udah pegel luar biasa. Untung aku enggak pake high heel. Kayaknya, tinggal tulang kalo dipake jalan seharian. Eniwei, aku ga makan junkfood lagi. Padahal lumayan kalo kuat beli seafood. Harganya 200 dirham cuy a.k.a 6 rtus ribu. Hoalah.. But, dari sekian menu yang aneh, akhirnya cuma makan chicken soup sama jus apa lah itu namanya, nyebut aja sulit. Dinner kali ini melelahkan. Terus, karena Mbak Icha belanja, aku juga pengen ikutan liat, kan. Ehhh, demi Tuhan tuh harga ga nanggung-nanggung. Blazer selembar aja harganya AED 2999. Gilaaaaakkk mamen!! Itu sembilan jutaaaaa. Sama dengan beasiswa aku satu tahun. T_T Huaaa.. sekarang aku ngerti, kenapa gaji sarjana di sini minimal 40 juta rupiah. Secara, baju aja selembar harganya segitu. #misuh-misuh karena pengen beli, tapi apa daya, uang tak sampai

 
Tolonggg!! Si Galuh pengen 'tumbang'

Dan akhirnya, perjalanan yang melelahkan berakhir juga. Sekitar jam 10 nyampe kamar 2603, langsung berendam di air hangat, mandi pake sampho aroma chamomile, dan enggak lupa gosok gigi. :DSherly udah tidur duluan, mbak Rara juga, jadi aku benar-benar menikmati kesendirian malam itu. Sempat update status sebentar di Facebook dan udah jam 11 malam di Dubai, berarti di Surabaya sekarang jam 2 dinihari.

Well, 3 hari ini di Dubai benar-benar menakjubkan. Makanya, aku pengen selalu bilang satu hal, dan ini juga sudah di-firman-kan Allah:

"Maka nikmat Tuhanmu mana lagi yang kamu dustakan?"

 
Selamat malam, Dubai. Please, be nice tomorrow!!  
Read More..

Tuesday, June 18, 2013

Study Tour I Am President: si Galuh Banjar Lebay di Dubai #Part 2

Hohoho.. selamat datang kembali di blog si Galuh!!

Sudah kangen kah? Sudah rindu kah?

Sutralah.. meskipun kagak ada yang kangen, si Galuh tetap akan bercerita!!

Tetap di episode 'Lebay di Dubai', ya ceman-ceman..


Senin, 22 April 2013 (Dubai City Tour)

Pagi dari Dubaii!!!! Setelah ngorok kurang lebih enam jam -agak kaget karena alarm bunyi jam 2 pagi (karena settingan belum dirubah berdasarkan waktu Dubai)-, tapi luar biasa masih tidak percaya sudah berada di belahan dunia yang lain.
Dubai jam 5 pagi
Hari ini agendanya adalah Dubai City Tour; jadi kami akan diajak keliling Dubai dengan menggunakan bus tingkat khusus untuk para wisatawan. Tapi sebelumnya, ada breakfast dulu di restoran hotel. Lumayan makanannya. Lumayan banyak dan lumayan bikin bingung milih. Tapi ada satu hal yang kuambil pelajaran; jangan nilai sesuatu dari bungkusnya.
Dari sekian banyak makanan, yang habis cuma susu, jus, roti, salmon, sosis #eh, berarti habis semua, dong :p
Jam setengah 9, kami sudah siap cabut. Sebelumnya, ada briefing dulu di lobby hotel Pak Asmi. Jadi, hotel kami tuh beda sama hotel Bapak -red: panggilan dariku buat pak Asmi-, tapi cuman dipisahkan sama jembatan. Nah, dari jembatan ini kita bisa ngelihat view Burj Khalifa dan sekitarnya. Pokoknya, beutipul banget, lah! 

Nah, yang memandu jalan-jalan kali ini ka Liza (anak tertua Pak Asmi), si Azim (anak Bapak juga, baru lulus SMA, tapi tinggi sekali), dan Fatin (orang Malaysia, kuliah di Dubai dan asisten ka Liza). Bapak-bapak pada heboh tuh lihat si Fatin. Langsung nyambung-nyambungin ke Fatin X Factor aja. Emang cakep, sih. Sayangnya, walaupun para bapak yang Fatinistic sudah heboh cerita tentang Fatin, ternyata dia enggak kenal. Hehee.. #melas

Lihat perbedaan tingginya, padahal aku sudah make high heels 12 cm #terimatakdir
Well, untuk Dubai City Tour, ternyata ada  bus khusus yang disediakan untuk wisatawan. Jadi, kita harus jalan kaki dulu nyebrang dari hotel, terus nunggu sebentar. Oh, ya, di sini para wisatawan tertib sekali. Nyebrang sesuai dengan warna lampu, terus jangan harap ada bunyi klakson. Tahukah kamu para pembaca blog yang budiman, aku pikir klakson diciptakan khusus untuk orang Indonesia. Mau tahu kenapa? Karena, kalo di Luar Negeri, apalagi sekelas Dubai, klakson tuh jaraaaaaannggg banget kedengaran. Ngapain bunyiin klakson, kalo semua warga tahu kalo lampu merah itu artinya BERHENTI? Beda kan kalo di Indonesia, masih 20 detik lagi, sudah tiiiiittt.. tiiittt.. #mungkinklaksonnyabocor #prasangkabaik
 
Woooww.. kayaknya seru sekali ya, Galuh!
 
Beudddttttt.. pokoknya heboh, dah. Si Galuh aja bingung mau cerita.
Semuanya asyik bin TeOPe seh!! 

Bus khusus ini, layaknya bus pariwisata di Malaysia, adalah bus tingkat dengan model atap terbuka. Hussshhh.. angin berhembus kencang. Karena kami adalah pejuang-pejuang tangguh, yang sudah datang jauh-jauh dari Indonesia, rugi kalo enggak duduk di tingkat dua. Jadilah, para turis negara lain, bingung dengan segerombolan pasukan putih orange yang sepertinya -maaf- heboh sekali.

Inilah kehebohan yang terjadi:
Kacamata mana kacamata?? Tiga cewek heboh dan seorang laki-laki yang bengong-mengapa-ada-wanita-seperti-itu.. Haha .
 
Galuh.. mukamu 'sok' polos sekali *langsung mual

Sir Abdullah lagi konser
Di sepanjang jalan, tour guide -kalo enggak salah namanya Abdullah dan sempat-sempatnya ngaku dia kembaran Maher Zain-, menjelaskan tentang sejarah Dubai. Dia ngomong bahasa Inggris dengan aksen India, jadi aku agak dong-dong buat ngertiin omongan dia. Tapi yang jelas, dari yang aku tangkap; kalo Dubai itu terbagi dalam 2 kawasan (as I told you before in my latest post). So, Dubai itu enggak serta merta maju centereng kayak sekarang, tapi ada tahapnya, ada prosesnya. Jadi, bisa diambil mauidzahnya -ciyeee.. ustadzah-, bahwa Dubai aja bisa maju, apalagi Indonesia yang notabene luasnya dan penduduknya dan budayanya dan suku-sukunya berkali lipat dari Dubai.


Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Dubai Museum. Pertama kali liat dari luar, langsung mikir, "Gilee.. ni museum kecil amat. Masa Dubai museumnya kayak gene? Udah tuh kayak kuno lagi; dari tanah." Buttttt.. setelah masuk, ternyata gue salah besar, pemirsaaahh!!!! Museumnya luas sekali, bahkan lengkap ada miniatur Dubai waktu musim panas, waktu musim dingin, di padang pasir, bla, bla, bla. Ruangannya ternyata make bawah tanah gitu. Benar-benar serasa masuk bioskop 3 dimensi. (Info lengkap, baca di sini.)

Numpang eksis dulu #noedit apalagi crop foto.. hahaha :D
Jadi pemirsaahhh blog akyu yang budiman, udah keliatan kan dari pintu masuk, kalo museum di Dubai ini benar-benar khas padang pasir. Dan setelah masuk pintu itu (liat foto atas), kita bakal disuguhin pemandangan kayak gene (tunjuk bawah; liat foto-foto berikut!)

Sumur penduduk Dubai
Perahu zaman dulu yang dipakai penduduk asli Dubai.
Sebenarnya, ada gambar meriam khas juga yang dipake penduduk asli Dubai. Tapi enggak sempat ngambil. Jadi, cuman sempat ngambil foto perahu di atas sama sumur doang. Bayangin tuh. Zaman sekarang aja mereka udah pake Lambhorghini sama Ferrari; padahal dulunya anak sampan juga. Ckckck.. #changin'sofast

Kasur zaman dulu
Puas melihat-lihat en foto-foto, perjalanan berlanjut ke ruangan yang lain. Ada ruangan khusus buat replika kamar orang Dubai dulu; masih pake kasur yang spreinya putih (kalo pernah ke Museum Sukarno di Blitar, kurang lebih sama seperti itu kasurnya), lengkap dengan tungku api de el el. Sayangnya, aku enggak sempat foto banyak:( Soalnya dikasih waktunya dikit dan masih banyak yang pengen dilihat. Enggak ketinggalan, gubuk dari daun kurma; tempat tinggal penduduk Dubai dulu. Ahh, pokoknya nyeni abis lah. Dijamin, dari The Address Dubai Mall Hotel yang jadi tempat nginap, pas diajak ke sini, langsung bengong. Hei, secepat itukah transformasi zaman berlalu?? #tandatanya

Siapakah aku?
Ruangan terakhir tapi sebenarnya yang paling seru adalah ruangan bawah tanah. Masuk pintu, kita langsung disambut burung awetan yang aku enggak tahu namanya.


Dan tangganya memutar ke bawah, menuju ruangan bawah tanah. Ada banyak sekali replika-replika yang menjelaskan Dubai zaman dahulu di sini; dari video transformasi Dubai dari masa ke masa, miniatur halaqah (teknik belajar) penduduk Dubai zaman dulu, miniatur pasar, miniatur toko jual bawang kurma, cengkeh, de el el. Yang paling sebel adalah di sini, manekinnya beneran kayak manusia. Ampun, dah! Tiap kali belokan, eh, tiba-tiba ada patung gede cowok Arab yang jenggotan panjang plus gamisan. Sumpah!! Bikin kaget :(

Video transformasi Dubai
Ada juga yang bikin lucu. Ada miniatur bapak tua Dubai pake mesin jahit. Heh.. bapak-bapak langsung protes. Masa mesin jahit di Dubai dibilang masa lalu, sih? Secara, kite-kite di Indonesia kan masih sering make. Hihihi.. Terus, ada juga di toko yang jual peralatan sehari-hari seperti sabun mandi, susu, sabun cuci. Aku liat mereka jual produk yang bakal bikin kaget kalo tau. Apa coba??!! Mereka jual RINSOOOOO.. Hah, zaman 1950-an, ternyata Rinso sudah masuk Dubai!!! Sumpehh.. sabun cuci kita ternyata eksis di luar negeri. #tepokdadaAriel #ehh

Yang paling keren adalah, waktu masuk miniatur Dubai seakan-akan padang pasir dan musim dingin. Wussshhh.. AC nya bener-bener disetel 16 derajat!!! Pasirnya beneran bikin kaki tenggelam. Dinginnya enggak kira-kira. Plus suara-suara menderu khas desert. Ada manekin unta, bahkan ada api unggun buatan. Absolutely awesome!!!
Belajar dari Dubai Museum hari ini adalah; mereka belajar dari mimpi, membingkainya dalam tekad dan mewujudkannya jadi nyata. Kalo lihat penjelasan di sana yang nerangin bahwa dulu Dubai is nothing, tapi sekarang; you never go to Dubai, so you are NOTHING!  
Kurang lebih satu setengah jam perjalanan, rombongan beranjak ke tempat lain. Dan fuck*ng damn.. di sepanjang jalan, aku liat taman bunga PINKKKKKK. Argghhh.. rasanya pengen kubawa pulang. Hikssss...


Sepanjang jalan, mata udah mulai terbiasa liat taman bunga beginian; warna ungu, putih, pink yang ditata jadi super duper cantik. Juga jalan yang luar biasa bersih, lalu lintas yang subhanallah rapi sekali; tanpa klakson, tanpa macet. Ehh.. di tengah perjalanan, sempet lihat mobil polisi kecelakaan. Beuhh.. aku belum bilang, ya. Kalo mobil polisi Dubai itu merknya Lamborghini, jadi kerasa jalan Dubai mirip ajang F1 tiap hari. Betewe, sayang banget tuh mobil polisi nabrak. 19 milyar, cyiinnn :*

Terowongan Mina.. hehe..
Lanjoot lagi dengan our journey. Akhirnya, tujuan kita udah nyampe deket Hotel Atlantis. Tau itu hotel apaan? Itu hotel futuristik banget banget banget. Adanya di tengah laut dan tengah bangunannya kayak gerbang. Di dalamnya ada air terjun. Pokoknya, emejing banget lah. So, seharusnya rombongan IAP itu nginap di Atlantis. Tapi, karena lokasinya terlalu jauh dari Burj Khalifa, jadi dipindahlah ke The Address Hotel. Nah, buat ke Atlantis ini, kita harus melewati terowongan panjang yang tekanannya ke telinga seperti gelombang ultrasonik. En yu know, terowongan itu persis di bawah laut. Jadi, pas keluar terowongan.. jeng.. jeng..


Udah kayak istana-istana raja Inggris
Sayangnya, bus enggak mampir-mampir. Jadi, cuman keliling sebentar, dan aku pun ambil foto seperlunya. Yang penting, aku udah pernah liat hotel bintang 5 setengah (ada ya, bintang lima 1/2, aku juga heran :3).

Keluarga Besar I Am President
View belakang; Burj Al 'Arab
Setelah puas liat-liat hotel Atlantis, bus membawa kami ke Jumeirah Beach. Pantai buatan Dubai yang luar biasa bening banget-banget-banget. Tau kenapa?? Karena ini, pantai buatan. Secara, Dubai itu negara pasir, bro. Liat aja noh di peta. Mana ada gambar pantai di sono?? Tapi, berkat kecanggihan teknologi, sepanjang pinggir kota Dubai, kita akan disuguhi laut-laut eksotis yang biru dan jernih. Kita enggak akan nemuin apa-apa di dasar laut, kecuali pasir putih. Pinggiran pantainya pun bersihhhhhh sekali. Tapi, hei. Tahukah Anda? Sejernih apapun laut mereka, tapi jauhhhhhhhhhhhh lebih indah laut punya Indonesia. Di mana lagi sih, kalo kita nyelam bisa liat terumbu karang seindah selain di Indonesia. Enggak bakal ada!!!! Karena itulah; AKU BANGGA JADI ANAK INDONESIA :D :D

Next, rombongan ke Saga World. Apa itu? Ya, biasa, mall gede dengan barang-barang branded. Coba deh, cek link-nya di sini. Daripada masuk mall yang isinya paling itu-itu aja, Louis Vuitton dekaka, aku sama Sherly asyik foto-foto di luar. Yah beginilah.. gifo alias gila foto, apalagi aku. #kalem    


Saga World adalah destinasi kita yang terakhir. Yeeeyyy.. pulang, dong?? Ternyata belum pemirsaaahh. Karena ini adalah Dubai City Tour, jadi kita juga harus ke Burj Khalifa lewat Dubai Mall. Padahal, demi apah coba. Hotel sendiri kan di dalam mall. Tebak coba kenapa aku misuh-misuh. Ini penyebabnya:

High heels pembawa petaka :(



Aku baru ngerti sekarang, kalo make sepatu high heels (lihat sepatu pojok kiri, yang haknya udah kayak bambu runcing), ya benar sekali, high heels itu SANGAT berbahaya, ceman-ceman. Pokoknya, pembunuh berdarah dingin. Dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore make sepatu 12 cm ukuran 36 itu, kakiku langsung leceeetttt yang mengakibatkan aku harus nyeker ketika pulang -benar sekali, NYEKER- di mall terbesar di dunia. :( Ampuuuunnnn.. Diketawain sama Mas Denny en Mbak Icha (dia juga pake high heels, tapi bawa sepatu ganti; sedangkan aku lupa T_T). Dan selama seminggu di Dubai, aku cuma pake wedges atau sandal hotel ke mana-mana. Tobat gue tobat dari godaan sepatu hak tinggi yang terkutuk. Amiiinnn.. #ingat nyeker di Dubai Mall; untung enggak ada yang kenal

Dan pertunjukan terakhir yang aku lihat di Dubai City Tour ini adalah dancing water depan Burj Khalifa. Jadi, tiap jam 5 sore sama 7 malam, ada pertunjukan dancing water gitu, lo depan Burj Khalifa. Durasinya sekitar 3 - 4 menit. Kereeeennnn banget. Ada lagunya. Waktu itu, lagunya lagu Mandarin. Aku sempat sih ngerekam. Cumaaaannnn.. rekamannya kebalik gitu gambarnya. Mau mutar enggak bisa. :( #dasargaptek Bagi pemirsah blog yang budiman, search aja di Youtube kalo mau lihat dancing water depan Burj Khalifa. 

Akhirnya, kami balik ke kamar masing-masing dalam keadaan tak berdaya (terutama aku dan kakiku #nangis darah sambil ngurut kaki) sekitar jam setengah 6 sore. Habis berendam dan bersemedi di bawah air panas selama satu jam, aku langsung tidur. Sherly juga ikutan tidur. Dan akhirnya, kami kebablasan, enggak ikut dinner di luar. Hahaa.. Pokoknya, diingat-ingat, kemarin lebih pentingin hak mata daripada hak perut yang lagi konser.

Yah, begitulah pengalaman hari pertama di Dubai. Sangat capek dan melelahkan, tapi banyakkkk sekali pengalaman baru yang didapat. Terutama, kaki lecet, yang subhanallah masya Allah, luar biasa perih membahana. Inti dari segala inti, segala hal yang terjadi di hari ini, sudah tertuang dengan manis (eciyeee..) dan enggak mungkin bakal dilupain.
 
Baik pemirsah. Sepertinya, cukup sekian blog si Galuh kali ini.
 
Sampai berjumpa di episode selanjutnya.
Bye bye...
Read More..